fadjarp3g

Situsnya Guru Matematika

Contoh Pembelajaran Matematika di SD Berbasis Konstruktivisme

Naskah yang membahas contoh konkret pembelajaran matematika di SD ini pernah dimuat di majalah Median yang diterbitkan LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan) Popinsi Jawa Timur. Jika Anda ingin membaca, sudi kiranya mengklik pada kata berikut DownLoadArtikelKonstruk. Jika Anda memiliki komentar, sudi kiranya mengklik judul artikel di atas lalu memberi komentar di bawah ini.

September 24, 2007 - Posted by | Artikel | ,

100 Komentar »

  1. Ass…mohon ijin dan minta tolong,saya mahasiswa MTK UNTIRTA BANTEN semt 7 insyallah saya mau nyusun skripsi,saya minta bantuan saudara sekalian untuk memberikan artikel,makalah atau bahan – bahan yang kaitannya dengan teori konstruktif pembelajaran/pendekatan konstruktif

    Komentar oleh muhamad naser | September 30, 2007 | Balas

    • bagus selalu bertanya

      Komentar oleh hericson | Juli 10, 2012 | Balas

  2. Wass. Maaf terlambat Mas M. Naser. Anda dapat menggunakan artikel di situs ini sesuai kebutuhan Anda, namun biasanya dengan menuliskan sumbernya jika Anda mengutip atau merujuk seperti lumrah dilakukan pada penulisan ilmiah.
    Saya sebetulnya memiliki beberapa makalah atau bahan-bahan yang berkait dengan teori belajar yang dikenal dengan konstruktivisme maupun pembelajaran/pendekatan kontekstual atau realistik. Namun dalam bentuk buku/makalah, sehingga Anda harus memfotokopi.

    Komentar oleh fadjarp3g | Oktober 8, 2007 | Balas

  3. ass.saya mau minta tolong dicarikan judul penelitian yang ada hubungannya dengan asesmen kinerja atau asesmen autentik dengan menerapkan pbk. model pembelajaran apa yang sesuai dengan penggunaan asesmen kinerja ini?

    ada ga cara mengajarkan pembagian bilangan bulat pada anak SD yang mudah dipahami?

    Komentar oleh jumrana | Oktober 24, 2007 | Balas

  4. Wass.
    Pak Jumrana, terima kasih.
    Dengan adanya BSNP, semua istilah sudah dibakukan sehingga sebaiknya Bapak mengacu keopada beberapa istilah yang sudah baku tersebut; seperti beberapa istilah yang ada di:
    1. PP no 19 tahun .,.. tentang SNP. Kalau tidak salah istilahnya adalah penoilaian unjuk kerja
    2. standar penilaian yang sudah ditetapkan Mendiknas.

    Mengenai judul penelitian sebaiknya berkonsultasi dengan dosen pembimbingnya saja.
    Contoh asesmen kinerja (unjuk kerja) adalah meminta siswa mendeklamasikan, berpidato, dlsb yang dapat diobservasi gurunya.
    Issu pembelajaran matematika sesungguhnya terletak pada pahm tidaknya siswa. Karena itu issu yang berkembang adalah pendekatan realistik atau kontekstual.
    Akibat selanjutnya, cara mengajarkan pembagian bilangan bulat pada anak SD sangat beragam. Namun dari contoh2 yang akan disajikan adalah penting untuk menyimpulkan konsepnya bahwa pembagian adalah pengurangan berulang. Cointohnya jika dengan pendekatan kontekstual atau realistik, dapat dimulai dengan memberikan masalah kontekstual atau realistik berikut:
    1. Amir memiliki 6 kelereng. Kelereng-Kelereng tersebut dibagikan kepada 2 orang. Berapa kelereng yang diterima setiap orang.
    2. Amir memiliki 6 kelereng. Kelereng-Kelereng tersebut dibagikan kepada beberapa orang. Setiap orang mendapat dua kelereng. Ada berapa yang mendapat dua kelereng tersebut.
    Kedua masalah kontekstual atau realistik tersebut akan mengarah ke bentuk matematikanya, yaitu 6 : 2 = 3. Sedangkan prosesnya mengarah kepada konsep bahwa pembagian mrerupakan pengurangan berulang.

    Komentar oleh fadjarp3g | Oktober 27, 2007 | Balas

  5. Ass. Wr. Wb
    Salam kenal. boleh gabung gak pak? Mohon informasi tentang strategi yang jitu utk mengajarkan pecahan bagi siswa SD. Trims.
    Wassalam

    Komentar oleh Harti Kartini | Maret 10, 2008 | Balas

  6. wAss. Wr. Wb
    Salam kenal juga bu. Terima kasih sudah bergabung. Mudah-mudahan saya atau teman saya bisa mrenulis tentang strategi yang jitu utk mengajarkan pecahan bagi siswa SD. Memang issunya, siswa SD mengalami kesulitan ketika mereka belajar pecahan. Sekali lagoi Trims. Doakan mudah-mudahan saya bisa menulis permintaan ibu.
    Wassalam

    Komentar oleh fadjarp3g | Maret 11, 2008 | Balas

  7. Asw. Bapak Fajar yang dirahmati Allah,saya mohon dibantu untuk makalah matematika SD kelas 5 dan juga strategi yang bagus.Sukron.

    Komentar oleh febby cahya | Maret 21, 2008 | Balas

  8. WAsw. Bapak Febby Cahya yabg yang dirahmati Allah, maaf saya belum terlalu banyak memiliki makalah matematika SD kelas 5 dan juga strategi yang bagus. Sukron.

    Komentar oleh fadjarp3g | Maret 24, 2008 | Balas

  9. ass…saya mahasiswa sem 8, skrg sedang nyusun skripsi tentang pendekatan RME pada pokok bahsan bangun datar, gimana aplikasinya di kelas, dan ada sampai sekarang saya belum menemukan buku khusus tentang RME. apakah ada buku khusus tentang RME??????????

    Komentar oleh aulia | Maret 30, 2008 | Balas

  10. Wass. Wr. Wb. Sebetulnya RME adalah mirip-mirip dengan CTL. Ya ada, cuma sebagian besar masih dalam bahasa inggris. Aulia tinggalnya di mana? kalau di Yogya bisa ngopi buku saya. Ok?

    Komentar oleh fadjarp3g | Maret 31, 2008 | Balas

  11. Ass…
    pak saya mo tanya
    saya kulh jurusan P.Mtk.
    saat ini saya sedang menyusun skripsi yg berjudul peningkatan pemahaman konsep dgn menggunakan suatu metode pembelajaran pada siswa kelas V SD.
    kira-kira untuk menhitung data statistiknya…
    lebih baik menggunakan rumus apa???
    karna skripsi saya menggunakan metode kuantitatif.jd tidak melakukan tindakan lgsung pada siswa.
    cukup sekian az pak…
    mohon bantuan nya…
    Wass…

    Komentar oleh Rima | Mei 12, 2008 | Balas

  12. Wass. wr. wb.
    Kalau menggunakan metode kuantitatif, biasanya membandingkan dua hal. Misalnya satu kelas diajar metode x (metode baru) di kelas X (kelas eksperimen) dan kelas lain dengan metode y (metode lama) di kelas Y. Hasilnya dibandingkan. Biasanya dengan t tes. Ok? Kalau bisa konsultasi dengan dosennya ya.

    Komentar oleh fadjarp3g | Mei 12, 2008 | Balas

  13. pembelajaran konstruktivisme perlu dikembangkan dengan model implementasi kurikulum KTSP pada tingkat sekolah menengah

    Komentar oleh mumu | Mei 17, 2008 | Balas

  14. Terima kasih komentarnya

    Komentar oleh fadjarp3g | Mei 19, 2008 | Balas

  15. ass.
    pak bagaimana menerapkan metode konstruktivisme ini, pada siswa kelas rendah …??
    apakah akan efektif, bila digunakan..apalgi siswa yang berada disekolah terpencil..
    yang kadangkala guru sering mengalami kendala dalam mempersiapkan media pembelajaran dalam menerapkan metode ini..?!?!?! trima kasih atas jawabannya..

    Komentar oleh kifli gorontalo | Mei 19, 2008 | Balas

  16. Wass. Sebagian guru sebetulnya juga sudah sering menggunakan teori belajar konstruktivisme ini. Pendekatan yang digunakan biasanya adalah pendekatan kontekstual atau realistik matematika.
    Untuk perkalian (bilangan 3), guru dapat mengajukan masalah kontekstual seperti ini:
    1 bentor, rodanya ada berapa?
    2 bentor, rodanya ada berapa?
    3 bentor, rodanya ada berapa?
    4 bentor, rodanya ada berapa?
    5 bentor, rodanya ada berapa?
    6 bentor, rodanya ada berapa?
    Bentor yang ditanyakan adalah bentor yang biasa, dengan asumsi setiap bentor beroda 3.
    Ini contoh penerapkan teori belajar konstruktivisme pada siswa kelas rendah.
    Jadi, dengan pertanyaan ini siswa akan belajar menjawab pertanyaan yang konkret aatau real di pikiran siswa. Dari jawaban pertanyaan itu dimunculkan konsep perkalian bahwa:
    4 x 3 = 3 + 3 + 3 + 3
    Jadi, bukan guru yang langsung mengumumkan, namun siswa yang mencapatkan sendiri apa arti 4 x 3. Ok? Lebih jelas ya.

    Komentar oleh fadjarp3g | Mei 19, 2008 | Balas

  17. RME apaan sih pak? pernah dengar tp lupa. tks infonya

    Komentar oleh kurnia | Agustus 19, 2008 | Balas

  18. AWW…
    Sy akan meyusun skripsi, jur sy Pend Mtk, mgkin sy akan sering mhub bpk. Tks sebelumnya.

    Komentar oleh kurnia | Agustus 19, 2008 | Balas

  19. Untuk Mas Kurnia, terima kasih. InsyaAllah saya siap membantu.

    Komentar oleh fadjarp3g | Agustus 20, 2008 | Balas

  20. salam kenal,,,,
    terima kasi atas tulisan bapak saya merasa sangat tertolong karena dalam hal ini saya sedang mencari artikel tentang pendekatan RME,…………
    namun dalam hal ini saya masih membutuhkan saran dari bapak, apakah kelebihan dan kekurangan jika menggunakan pendekatan RME…..
    terima kasih sebelumnya

    Komentar oleh ode | Oktober 15, 2008 | Balas

  21. Salam kenal juga dan terima kasih atas kunjungan dan dukungannya. Beberapa kelebihannya di antaranya adalah siswa yang membangun sendiri pengetahuan sesuai tuntutan konstruktivisme. Contohnya, 3×2 dikaitkan dengan notasi 3×2 tablet yang berarti pada pagi hari makan 2 tab, begitu juga pada siang dan malam hari. Dengan cara seperti ini, diharapkan para siswa akan dapat menyimpulkan dan membangun sendiri pengetahuan bahwa:
    3 x 2 = 2 + 2 + 2. Lalu pada pelajaran selanjutnya ia akan memahami vahwa.
    3 x (-2) = -2 + -2 + -2.
    3 x 1/2 = 1/2 + 1/2 + 1/2.
    Kekurangannya mungkin membutuhkan waktu lebih lama namun itu jauh lebih baik karena akan membantu siswa untuk paham dan bukan karena hafal.
    terima kasih sebelumnya

    Komentar oleh fadjarp3g | Oktober 16, 2008 | Balas

  22. Salam kenal juga dan terima kasih atas kunjungan dan dukungannya. Beberapa kelebihannya di antaranya adalah siswa yang membangun sendiri pengetahuan sesuai tuntutan konstruktivisme. Contohnya, 3×2 dikaitkan dengan notasi 3×2 tablet yang berarti pada pagi hari makan 2 tab, begitu juga pada siang dan malam hari. Dengan cara seperti ini, diharapkan para siswa akan dapat menyimpulkan dan membangun sendiri pengetahuan bahwa:
    3 x 2 = 2 + 2 + 2. Lalu pada pelajaran selanjutnya ia akan memahami vahwa.
    3 x (-2) = -2 + -2 + -2.
    3 x 1/2 = 1/2 + 1/2 + 1/2.
    Kekurangannya mungkin membutuhkan waktu lebih lama namun itu jauh lebih baik karena akan membantu siswa untuk paham dan bukan karena hafal.

    Komentar oleh fadjarp3g | Oktober 16, 2008 | Balas

  23. Ass.
    Pak! saya lagi nyusun skripsi dg judul “pengaruh Strategi pembelajaran konstruktivisme terhadap penalaran matematika siswa sma”
    Saya menemui kesulitan bagaimana implementasi di sma? pokok bahasan/materi apa yang cocok dengan judul saya? bisa tidak memberi contoh instrumen penelitiannya yg berkaitan dg penalaran mtk sma?
    Atas balasannya saya ucapkan Syukron Jaakallah khairan katsiran!
    Was.

    Komentar oleh Denden | November 7, 2008 | Balas

  24. Ass..

    Saya seorang mahasiswi Matematika, Fakultas Tarbiyah dan keguruan, UIN SGD, Bandung, semester 1..

    pada mata kuliah pembelajaran matematika MI(SD), saya kesulitan dalam mengenalkan atau mengajarkan tentang penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian Pecahan kepada siswa..

    mohon bantuannya pak.. bagaimana cara mengenalkan pelajaran tersebut kepada siswa..

    wss..

    Komentar oleh Cahyati | November 8, 2008 | Balas

  25. ass…
    slmt pg & salam kenal, saya ingin menanyakan tentang strategi yang efektip untuk mengajarkan matematika untuk anak usia sekolah dasar kelas 2 karena saya sangat kesulitan. sekedar informasi saya tinggal di daerah yang notebene jauh sari hiruk pikuk kota.
    terima kasih sebelumnya
    wassalam

    Komentar oleh yogie | November 9, 2008 | Balas

  26. 1. Untuk ketiga orang penanya di atas, WAss dan mohon maaf saya baru sempat membalas. Saya sangat sibuk. Ada kegiatan di Jakarta, besoknya langsung ke Malinau (Kaltim), istirahat dua hari lalu ke Gorontalo, lalu istirahat satu hari untuk menjadi juri IMSO (International Mathematics and Science Olympiade, di Mataram, NTB.

    2. Untuk Denden, selamat menyusun skripsi ttg “pengaruh Strategi pembelajaran konstruktivisme terhadap penalaran matematika siswa sma.” Menurut saya semuanya bisa cocok. Pada, pembelajaran konstruktivisme; pada intinya adalah siswa sendiri yang harus difasilitasi untuk mendapatkan konsep ataupun rumusnya. Lihat contoh-contoh di atas. Contohnya untuk SMA, adalah pada pembelajaran ttg statistika yang menggunakan power point seperti yang ada pada blog ini. Tentang penalaran mtk di sma? yang perlu diketahui dulu adalah apa sih penalaran itu? Di blog ini ada tuisan ttg penalaran. Lalu buat instrumennya. OK? Terima kasih atas
    kunjungannya ke weblog saya. Saya juga mengucapkan semoga cepat berhasil. Jika ada masalah, kontak lagi ya. Wass.

    3. Untuk Cahyati, Wss.. Pengenalan ttg Pecahan dapat dimulai dengan membagi apel, jeruk, atau apa saja menjadi empat bagian yang sama. Nah setiap bagian itulah yang disebut dengan 1/4, 2 bagian adalah 2/4. Kalau sehelai kertas dibagi menjadi 10 bagian yang sama; maka setiap bagian itulah yang disebut dengan 1/10, 2 bagian adalah 2/10. Begitu seterusnya. Pembelajaran harus dimulai dengan sesuatu yang nyata dan real yang bisa ditangkap dan dipikirkan siswa.
    Selanjutnya; pada penjumlahan 1/4 + 2/4 dapat diajarkan dengan masalah kontekstual seperti: “Amir memiliki 1/4 apel. Diberi ibunya 2/4 apel. Berapa apel yang dimiliki Amir sekarang?” Begitu juga untuk pengurangan.
    Pada perkalian pecahan; siswa harus menguasai bahwa 3×2 (setelah dikaitkan dengan notasi 3×2 tablet) yang berarti 2+2+2; sehingga 3 X 1/2 berarti 1/2+1/2+1/2. Jadi, buatlah pembelajaran pecahan menjadi mudah dengan mengaaitkan dengan kehidupan nyata sehari-hari siswa. Pelajaran juga harus dimulai dari sesuatu yang mudah dan sudah diketahui siswa. OK. Selamat mencoba. Wss..

    4. Untuk Yogie; Wass; salam kenal juga. Pada dasarnya, pembelajaran untuk anak usia sekolah dasar kelas 2 harus dikaitkan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Pelajaran juga harus dimulai dari sesuatu yang mudah dan sudah diketahui siswa. Usahakan untuk anak agar paham dan bukan karena hafal. Kalau faham, maka pengetahuan yang dimilikinya tersebut akan tahan lama, namun jika karena hafal saja akan cepat hilang. Untuk yogie yang tinggal di daerah yang notebene jauh sari hiruk pikuk kota, maka diusahakan contohnya harus sesuai dengan keadaan yang ada di lingkungannya.
    Contohnya, untuk mengajarkan perkalian (bilangan 2), guru dapat mengajukan masalah kontekstual seperti ini:
    “3 ekor ayam, kakinya ada berapa?”
    Dengan masalah seperti ini, jawaban anak diharapkan akan bermacam-macam. Salah satunya adalah: Banyaknya kaki ayam adalah 2 + 2 + 2. Jika tidak ada yang menyatakan dengan 3×2, maka bapak guru dapat mengenalkan tentang notasi/lambang atau konsep perkaliannya yaitu 3×2. Jika diajukan pertanyaan kebalikannya, yaitu apa arti 5×2 diharapkan siswa akan menjawab: “5×2 berarti banyaknya kaki pada 5 ekor ayam, banyaknya tangan pada 5 orang, … dsb. Setelah itu baru siswa dilatih mengingatnya dengan menuliskan di bukunya perkalian 1×2, 2×2, 3×2, 4×2, 5×2, … . Kaki ayam yang ditanyakan adalah ayam yang biasa dan normal, dengan asumsi setiap ayam, memiliki 2 kaki. Jadi, dengan pertanyaan tadi siswa akan belajar menjawab pertanyaan yang konkret atau real di pikiran siswa. Dari jawaban pertanyaan itu dimunculkan konsep perkaliannya. Jadi, bukan guru yang langsung mengumumkan, namun siswa yang mencapatkan sendiri apa arti 4 x 2. Ok? Lebih jelas kan sekarang? Pada intinya, tugas guru lobih pada fasilitasi.

    Komentar oleh fadjarp3g | November 15, 2008 | Balas

  27. konstruktivisme dan impelementasinya dalam pembelajaran sangat membantu guru mengelola PBM

    Komentar oleh MUKHSIN | November 19, 2008 | Balas

  28. Pak MUKHSIN, saya sebagai WI di P4TK sangat senang membaca pendapat Bapak bahwa konstruktivisme dan impelementasinya dalam pembelajaran sangat membantu guru mengelola PBM. Namun perlu tambahan sedikit saja. Yaitu, hal itu dilaksanakan untuk membantu/memfasilitasi siswa mempelajari matenmatika. Sekali lagi terima kasih pak.

    Komentar oleh fadjarp3g | November 19, 2008 | Balas

  29. salam sejahtera.

    saya kelas 5 SD. saya itu paling susah kalau belajar MATEMATIKA,karena soal matematika sering menjebak. padahal saya sudah belajar setiap hari dan saya selalu niat untuk belajar matematika lagi pula saya juga cukup teliti. tapi mengapa saya selalu mendapat nilai jelek. saya juga turun peringkat, yg awalnya masuk 10 besar jadi tidak masuk 10 besar malah keluar dari 10 besar. saya juga harus menyembunyikan nilai jelek matematika pada orang tua saya. nilai rapot saya jadi hancur karena MATEMATIKA.

    TOLONG DIJAWAB SECEPATNYA. SAYA TUNGGU!

    Komentar oleh ADINDAN KHAIRUNISA | Januari 20, 2009 | Balas

  30. Untuk ananda A KhairunNisa. terima kasih dan salam sejahtera juga. Saya ikut prihatin jika ananda tidak masuk 10 besar dan terpental dari 10 besar. Menurut saya, yang penting bukan keluar dari 10 besarnya, namun yang lebih penting dijawab adalah mengapa ananda A KhairunNisa mendapat nilai matematika jelek. Sebetulnya, soal matematika tidak menjebak. Namun sengaja disusun seperti itu agar ananda lebih mampu berpikir, bernalar dan memecahkan masalah. Nilai jelek matematika dapat disebabkan berbagai hal, di antaranya:
    1. tidak ingat rumusnya.
    2. tidak paham pengertiannya, contohnya yang ditanyakan luas belah ketupat, malah yang dibayangkan dan dijawab adalah luas jajar-genjang.
    3. terburu-buru. Kalau dilihat dari cara menuliskan komentar di atas, saya cenderung menyatakan bahwa ananada adalah siswa yang cerdas dan berani, namun nampaknya masih sering terburu-buru. Kalau ini yang terjadi, ya harus lebih teliti lagi. Kalau sudah teliti mengapa nilainya harus jelek? Ya mudah2an ananda termasuk siswa yang tidak terburu-buru dan termasuk siswa yang benar-benar teliti.

    Namun saya tidak dapat menentukan penyebab kesalahannya secara pasti, kecuali saya dapat melihat pekerjaan (ulangan) ananda. karena itu, saran saya yang kedua adalah jangan menyembunyikan nilai jelek matematika pada orang tua, justeru orang tua harus tahu kesulitannya di bagian mana untuk dicarikan jalan keluarnya. Kalau perlu, orang tua akan meminta bantuan pakar pendidikan matematika untuk menentukan penyebab jeleknya niali matematika ananda. Baru setelah itu langkah2 perbaikan akan ditentukan. Yang terakhir, jangan lupa untuk terus berlatih mengerjakan soal2 matematika. OK? Selamat berjuang dan belajar. Mudah-mudahn berhasil memepelajari matematika. Amin.

    Komentar oleh fadjarp3g | Januari 21, 2009 | Balas

    • assalam, bapak saya defni lgi nyusun tugas akhir tntang pengembangan modul berbasis konstruktivisme untuk materi teorema pythagoras, dalm pembuatan modulnya saya mengalami kesulitan untuk pokok bahasan tripel pythagoras, manentukan hubungan sisi segitiga pada sudut khusus dan penerapan. bagaimana menyajikan materi tersebut dengan konstruktivisme dan dikombinasikan juga pak dengan kurikulum 2013. saya berharap bantuaan bapak

      Komentar oleh Defni Wahyuni | September 20, 2014 | Balas

  31. Ass. Saya mahasiswa PJJ ingi mencari makala dengan judul hal-hal yang perlu diperbaiki dalam rangka peningkatan hasil belajar siswa, siapa tau bisa dibantu. Trims sebelumnya.

    Komentar oleh Mohamad Usman | Januari 22, 2009 | Balas

  32. wAss. pak Mohamad Usman ini guru yang menjadi mahasiswa PJJ ya. Kalau memang benar begitu cobalah ketika sedang melakukan proses pembelajaran di kelas untuk:
    1. melihat pekerjaan siswa.
    2. menanyakan kenapa hasilnya begitu? Kalau jawaban siswa tadi benar, maka alasan mengapa ia melakukan begitu akan memperkaya pemahaman Bapak tentang alasan yang menyebabkan hal itu menjadi benar. Begitu juga jika jawaban siswa tadi salah, maka alasan mengapa ia melakukan hal itu akan menjadi dasar program perbaikannya.
    Dengan cara seperti itu, Bapak akan menjadi guru yang berpengalaman yang tahu penyebab kesalahan siswa dan tahu juga hal-hal yang menjadi alasan bagi si siswa untuk menjawab benar. Jadi, sebetulnya Bapak tidak perlu mencari makalah dengan judul hal-hal yang perlu diperbaiki dalam rangka peningkatan hasil belajar siswa. Teori yang mendukung dan menjadi dasar, nah itu yang harus dicari. Contohnya, siswa sulit memfaktorkan, persamaan kuadrat, seperti x^2 – 2x – 3. Lalu apa penyebabnya? Nah teori yang saya gunakan adalah tentang hirarki belajar dari Gagne. Ternyata siswa lemah menjumlah dan mengalikan dua bilangan bulat. Lalu bagaimana ia akan dapat memfaktorkan jika ia lemah menjumlah dan mengalikan dua bilangan bulat? Perebaikannya yang dengan memperbaiki pengetahuan prasyarat tentang menjumlah dan mengalikan dua bilangan bulat tersebut.OK? pada tulisan saya di blog ini ada beberapa tulisan yang berkait dengan permasalahan pembelajaran dan usulan langkah-langkah perbaikannya. Cuma saya lupa judulnya.

    Komentar oleh fadjarp3g | Januari 23, 2009 | Balas

  33. asm..bpk,saya mhs jur mtk upi.insyaAllah saya akan menyusun seminar sekarang…saya ingin berkonsentrasi tentang problem solving dan kemampuan intuitif.mohon kiranya bpk bisa membantu untuk mengirimkan artikel2 yang bpk punya ke email saya erankyas@yahoo.com.
    sekalian saya mau tanya, bedanya pendekatan pemecahan masalah,metode pemecahan masalah,dan model creative problem solving apa?mohon di jawab via email.sebelumnya terima kasih

    Komentar oleh erankyas | Februari 25, 2009 | Balas

  34. Assm,..Pak,besar harap saya pd bpk untuk membantu skripsi saya.Mohon dikirimi artikel2 menggunakan prob.solving pd penjuml.&pengurangan pecahan di sd.E-mail saya :r41h4nfz@yahoo.com.Makasih ya Pak.

    Komentar oleh raihanfz | Maret 4, 2009 | Balas

  35. Ass pak Fadjar, terima kasih saya telah membaca makalah bapak ini, mhon ijin mengcopy ya pak, unt melengkapi tugas kuliah. Thank’s banyak.

    Komentar oleh Roma | Maret 18, 2009 | Balas

  36. ass. pak menemukan masalah ketika mengajar ,materi operasi bilangan campuran di kelas 2 SD. Mereka selalu bertanya “bu, ini diapakan? ditambah atau dikurang? dikali atau dibagi?
    nah rencananya permasalahan ini akan saya jadikan skripsi saya. kira2 metode apa yang cocoko untuk mengatasi masalah diatas? trimakasih pak fajar

    Komentar oleh RIETA | Maret 29, 2009 | Balas

  37. wass. Untuk mas/mbak Roma dan yang lain, tidak apa-ap jika disunting.

    Untuk penanya berikutnya (mbak Rieta), Ketika mengajar (1978-2000), saya sering menemukan masalah seperti yang ibu sampaikan ketika mengajar. Mereka selalu bertanya “bu/pak, ini diapakan? ditambah atau dikurang? dikali atau dibagi?
    Bagus jika rencananya permasalahan tersebut akan dijadikan skripsi. Menurut saya, pemecahan atau penyelesaian masalah masalah diatas sangat tergantung pada penyebabnya. Contoh penyebabnya adalah:
    1. Siswa bingung kalau melihat bilangan besar. Cobalah untuk memmulai dengan soal yang mudah dan sederhana.
    2. Ketika anak saya yang SD tidak bisa menyelesaikan soal ceritera dengan bilangan besar, maka saya minta ia untuk mengganti bilangan besar tadi dengan bilangan kecil, ternyata operasi yang ada dapat ia temukan.
    3. 33 1/3 % kelihannya sulit bukan? Ini pengelaman saya waktu kecil di SD. Namun mernjadi mudah ketika saya ubah sementara menjadi 25% dan 12 1/2 % yang sudah saya ketahui.
    4. Siswa belum paham arti 2 1/2 = 5/2 misalnya. dIA HANYA TAHU ATAU HAFAL RUMUSNYA namun belum paham. Contoh lainnya, dia belum paham bahwa 1/2 x 4 berarti “setengah/separuh dari 4.” Kalau hanya hafal, maka ketika dia tidak ingat, maka akan payah bagi dia. Kalau hal ini yang terjadi, maka pembelajarannya yang harus diperbaiki.
    5. Jadi secara umum, pembelajaran harus dimulai dari yang mudah dan sederhana, serta mewnggunakan masalah kontekstual/realistik pada awalnya, Jika akan mengajar 1/2 x 4, maka alternatif ‘masalah kontekstual’ di awal pembelajaran adalah “Amir memiliki 4 kelereng. Separuhnya diberikan kepada Amat. Berapa kelereng yang diberikan Amir kepada Amat?” Dari soal ceritera ini siswa dibimbing untuk membangun sendiri pengetahuan bahwa matematika hal itu adalah 1/2 x 4 = 2.

    Komentar oleh fadjarp3g | Maret 30, 2009 | Balas

  38. teori konstruktivisme apakah cocok bila di terapkan di indonesia ?

    ehh iseng iseng mau cari uang tambahan klik aja link saya

    Komentar oleh haery | April 20, 2009 | Balas

  39. Assalm….

    Maaf bapak,adish sekarang lagi mau nyusun metode penelitian…adish lagi bingung kira-kira judul yang tepat ap y?insya Allah adish ntar mau ambil pndekatan knstruktivisme da realistik…
    adish lagi bingung nyari judul….

    jazkllah

    Komentar oleh Gadish Aulliamanda Shabirah | Mei 27, 2009 | Balas

  40. Assalamu’alaikum Wr. Wb.

    Setuju pak, bahwa anak harus dapat menemukan dan membangun sendiri pemahamannya.

    Sebagai contoh, buat kita orang dewasa penjumlahan dengan angka 9 bukan sesuatu yang sulit tentunya. Apakah demikian dengan anak-anak ? Ternyata tidak.

    Anak-anak akan menerima rumus bahwa 9 + 2 sama dengan 10 ditambah dengan 2-1.

    9 + 3 = 10 + (3-1)
    9 + 6 = 10 + (6-1)

    dst.

    Lain halnya jika dengan metode konstruktivisme, anak “didorong” / “difasilitasi” untuk menemukan pola pada penjumlahan berikut :

    9 + 1 =
    9 + 2 =
    9 + 3 =
    9 + 4 =
    9 + 5 =
    9 + 6 =
    9 + 7 =
    9 + 8 =
    9 + 9 =

    Pengalaman saya ketika menggunakan cara ini untuk siswa SD kelas I, sampai kepada soal 9 + 5, dengan melihat pola bilangan hasil penjumlahan sebelumnya, ternyata soal-soal berikutnya siswa tersebut tidak lagi menghitung manual. Siswa tersebut tinggal mengurutkan saja bilangan hasil penjumlahan. Setelah menjawab 14 kemudian 15, 16, 17 dan 18 tanpa menghitung.

    Selanjutnya, untuk melihat apakah siswa tersebut benar-benar mengenali pola penjumlahan dengan bilangan 9 dan apakah siswa tersebut telah menemukan dan membangun pengertiannya sendir, kemudian soal-soal di atas kami acak urutannya.

    Apa yang kami alami dalam waktu dekat ini, pengalaman mengajar pada siswa-siswa SMP Kelas VII di satu sekolah non Formal, jangankan untuk membangun pengertiannya sendiri. Untuk melihat pola pada penjumlahan dangan bilangan negatif saja mereka SANGAT KESULITAN, padahal kami sudah menggunakan media konkret dalam pembelajarannya termasuk dengan angka-angka yang mudah.

    Pertanyaannya, bagaimana menumbuhkan semangat kepada siswa agar mereka mau “berusaha” untuk pertama menemukan satu pola pada operasi bilangan hingga kemudian membangun pengertiannya sendiri dari pola-pola yang sudah mereka temukan. Apakah keengganan mereka belajar, keengganan mereka membangun pengertiannya sendiri ada kaitannya dengan sisi ekonomi keluarga siswa, ataukah juga karena GRATIS menjadikan semangat untuk menimba ilmu pun asal-asalan

    Mohon masukannya pak, terima kasih sebelumnya.

    Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

    Komentar oleh Yudhi | Juli 28, 2009 | Balas

  41. Assalamualaikum Wr. Wb.
    aku kul lagi sambil mengajar karena belum S1, sekarang lagi menyusun skripsi, bapak bisa memberikan sekilas tentang Buku Rusefendi?soalnya aku tanya-tanya pada tidak punya, bapak bisa memberikan gambaran tentan rusefendi kalo bisa di emailkan…terimakasih
    wassalam

    Komentar oleh J. Rahmat Eff. | Agustus 18, 2009 | Balas

  42. trima kasih pak, visualisasi penjumlahan & pengurangan bil. bulat dgn power point sangat membantu saya utk ngajar di kelas. Sempat bingung buat bahan medianya supaya praktis dan siap pakai

    Komentar oleh hamida sulaiman | Agustus 21, 2009 | Balas

  43. pak mohon bantuannya….
    saya mau mhs Teknik Informatika dan saat ini saya baru skripsi,kepengen buat metode pembeljaran matematika buat anak SD tapi belum dapet judul yang tepat.
    mohon masukannya untuk judul yang nantinya akan saya buat.
    terima kasih

    Komentar oleh lia | Oktober 6, 2009 | Balas

  44. ass…
    mohon bantuan bpk dunk..
    skg saya lg nyusun skripsi ni,di suruh pembimbing meneliti ttg pendekatan kostruktivisme dlm matematika pkk bhsn peluang di SMP..aq bingung ni N buku yg lgkp ttg pendekatan ini kr2 buku apa ya? mohon bantuan bapak.trimakasih

    Komentar oleh rinie | November 19, 2009 | Balas

  45. Aslkm…
    Pak tLong bntu sya apa bdanya pmblajaran kontekstual dgn pmbljarn konstruktvsme dgn realistik dgn problem based learning?
    Instrumen yg cocok untk mngkur pnalaran siswa apa ya pak?
    Tolong kirim refrnsi tntg metode pmbljarn matemtika sd dan pembljrn kntekstual ke asri_mata@yahoo.co.id
    sya mhoN bantuannya Pak!

    Komentar oleh Asri | Desember 7, 2009 | Balas

  46. asw….
    salam knal pa
    sebelumnya sya memperkenalkn diri :
    saya mahasiswa batam jurusan matematika dan lagi menjalani semester 3
    saya mempunya masalah pa…?
    saya mendapat tugas makalah yang berjudul ” kenapa mahasiswa FKIP matematika harus mengambil mata kulia blajar dan pembelajaran” dan minimal 25 hal.
    saya uda kesana-kesini untuk mncari buku resensi untuk bahan makalah ini tp ga juga ketemu-ketemu pa.
    saya minta dan berharap kalau bapa mempunyai bahan tentang makalah saya ini,saya mohon di share ke email saya pa
    sebelumnya saya mngucapkan terima kasih.

    Komentar oleh farid | Desember 9, 2009 | Balas

  47. Ass..nama saya agung, sekarang ini saya sedang menyusun skripsi dengan judul penerapan pembelajaran konstruktivistik pada materi operasi hitung bilangan bulat di sd kelas VI. Yang ingin saya tanyakan bagaimana siswa membangun sifat komutatif pada penjumlahan??? tolong jawabannya.karena sekarang saya sedang kebingungan. terima kasih sebelumnya.

    Komentar oleh agung | Januari 4, 2010 | Balas

    • WAss.. Maaf terlambat.
      Jika Anda meminta siswa untuk mengerjakan soal berikut.
      Hitung:
      2 + 3 dan 3 + 2
      4 + 5 dan 5 + 4
      7 + (-1) dan (-1) + 7
      Apa yang mereka dapat?
      Pola atau keteraturan apa yang ada?
      Minta mereka berekplorasi dengan bilangan bulat lain. Apa hasilnya sama jika urutannya dibolak balik (Mungkin ini istilah mereka). Informasikan kepada siswa bahwa di matematika, bentuk umum seperti a + b = b + a disebut bersifat komutatif. Ok? Selamat mencoba.

      Komentar oleh fadjarp3g | Januari 5, 2010 | Balas

  48. Makasih jwbnnya. Sya ingin tanya lg berarti kalau soal cerita berikut trmasuk atau tdk utk soal konstruktivisme: Andi mempunyai 5 klreng merah & 3 klereng hitam.Budi punya 3 klreng merah & 5 klreng hitam.samakah jmlh klreng yg dimiliki Andi dan Budi? Nanti dijwb siswa 5+3 = 3+5. Eksplorasinya siswa pasti lbh mudah menyelesaikan 5+3(yg terbesar dijumlah dg terkecil).benar tdk menurut saudara?mohon jwabnya.

    Komentar oleh Agung | Januari 5, 2010 | Balas

    • Menurut mas Agung, pembelajaran yang mengacu pada konstruktivisme itu pembelajaran yang bagaimana? Lalu ciri atau kriteria suatu pembelajaran disebut mengacu pada konstruktivisme itu apa saja? Lalu apakah pemebalajaran yang mas Agung sampaikan itu memenuhi kriteria atau ciri tersebut. Kalau ya ya termasuk. Jadi, coba cari di buku-buku atau tanya di dosennya ya. Saya termasuk yang berpendapat bahwa soal realistik dan kontekstual itu tidak perlu yang berkait dengan kehidupan nyata sehari-hari. Yang penting meaningfull (anak paham). OK.

      Komentar oleh FadjarShadiq | Januari 6, 2010 | Balas

  49. Oh seperti itu ya,baiklah saya akan tanya dlu dgn dosen saya.terima kasih atas jwbn saudara.jgn heran kalau saya sering bertanya dg saudara.key…

    Komentar oleh Agung | Januari 7, 2010 | Balas

  50. Ass..saya mau tanya lg nich. Kalau 5 x 2 itu bisa dikonteks dg 5 ekor ayam dg 2 kaki setiap ekor ayam.nah menurut saudara bagai mana kalau (-2) x (-2) bisa dikontekskan dg apa ya dlm khidupan sehari2?

    Komentar oleh Agung | Januari 11, 2010 | Balas

    • Wassalam.
      Saya berpendapat bahwa ‘nyata’ (concrete) berbeda dengan .
      ‘real’. Konkret atau nyata harus dapat diterima panca-indera. Namun real tidak mesti nyata, yang penting bisa diterima akal siswa.
      Benar. saya sependapat dengan Anda. Pada awalnya, 5 x 2 itu bisa dikonteks dg 5 ekor ayam dg 2 kaki setiap ekor ayam. Selanjutnya, berdasar contoh tersebut, siswa harus mengkonstruksi sendiri dan selanjutnya memahami bahwa:
      5 x 2 = 2 + 2 + 2 + 2 + 2.
      Berdasar pengertian itu, diharapkan juga agar siswa dapat menerima, memahami dan menunjukkan bahwa:
      3 x (-2) = (-2) + (-2) + (-2) = -6.
      Konteksnya, pak Amir punya utang 2 kelereng sebanyak 5 kali.
      Selanjutnya siswa diminta untuk mengerjakan soal berikut.
      5 x (-2) = …
      4 x (-2) = …
      3 x (-2) = …
      2 x (-2) = …
      1 x (-2) = …

      SEtelah siswa dapat menentukan hasilnya, minta mereka untuk:
      1. memperhatikan pola hasil oerkalian itu,
      2. bilangan pengali (pengali yang di depan dan pengali yang di belakang)
      3. hubungan antara bilangan yang dikalikan dan hasil
      4. melanjutkan perkalian di atas.
      Harapannya, siswa dapat menunjukkan bahwa semakin kecil pengali yang di depan, hasilnya semakin besar. Jika dilanjutkan, hasilnya adalah sebagai berikut.

      5 x (-2) = -10
      4 x (-2) = -8
      3 x (-2) = -6
      2 x (-2) = -4
      1 x (-2) = -2
      0 x (-2) = 0
      -1 x (-2) = 2
      -2 x (-2) = 4
      -3 x (-2) = 6



      Jadi, untuk memahami perkalian (-2) x (-2) perlu pola, sehingga siswa memahmi dan bukan menghafal. Inilah kelebihan matematika untuk meningkatkan kemampuan berpikir. Pada tahap matematika vertikal, biasanya kita dan siswa dituntut untuk lebih abstrak; namun hal itu didasarkan pada sesuatu yang sudah ada di otak kita; sehingga menjadi lebih ‘real’. Apa dengan cara di atas, Anda sudah paham, mengapa (-2) x (-2) = 4. Kalau Anda sudah paham; berarti saya berhasil membantu Anda mengkonstruksi sendiri pengetahuan tentang hal itu. Kalau tidak berhasil, mungkin perlu ada cara lain. Kalau saya ditanya konteksnya, maka jawaban saya adalah konteks atau kaitan (-2) x (-2)-nya adalah dari pola di atas yang sudah saya ketahui. OK?

      Komentar oleh fadjarp3g | Januari 12, 2010 | Balas

  51. Yaps. Saya sdah faham maksud saudara bahwa perkalian itu adlah pnjumlahan berulang,seperti pola perkalian (-2) td..oh berarti soal konstruktivisme itu tdk selalu harus dunia nyata ya,bisa juga dgn membentuk pola suatu konsep ya.makasih saudara sudah menyempatkan waktu untuk menjawab kesulitan saya dlam mengkonstruksi sesuatu.

    Komentar oleh Agung | Januari 12, 2010 | Balas

  52. Ass… Td saya berdiskusi dg dosen pembimbing saya dgn melampirkan komentar saudara,dan dosen saya sangat setuju dgn pendapat saudara.terima kasih atas masukan & penjelasan saudara,dgn begitu saya sangat terbantu.. Tp saya mau binta bantuan saudara lg,saya minta saudara memberikan soal dlm bentuk cerita pada penjumlahan,pengurangan,perkalian dan pembagian masing2 1 soal yg nantinya akan saya gunakan untuk mengkonstruksi komutatif,karena dosen saya masih ingin soal cerita..saya sudah punya soal tsb tp dlm bentuk yg sangat sederhana,sehingga kurang menantang.tolong ya,jawabannya saya tunggu.

    Komentar oleh Agung | Januari 13, 2010 | Balas

  53. Ass..saya mau tanya lg nich,penelitian saya ini pd materi operasi hitung bil.bulat di kls 6 sd smstr ganjil,sedangkan materi ini telah dipelajari di kls 5 kemarin,menurut saudara boleh tdk meneliti penerapan konstruktivisme pd materi yg sdh pernah dipelajari..? Saya tunggu jwbnnya ya.trims.

    Komentar oleh Agung | Januari 14, 2010 | Balas

    • Kalau untuk yang begitu, lebih bagus dikonsultasikan dengan dosennya saja. Ok?

      Komentar oleh fadjarp3g | Januari 15, 2010 | Balas

  54. pa.fajarr.. kerreeen banget neh..aku dah download ms powerpintnya..ini sangat membantu saya untuk memehamkan pembelajaran bilangan bulat di sekolah tempat saya mengajar.yhans a lot..ya..pak.

    Komentar oleh tina | Januari 19, 2010 | Balas

  55. tolong bntu donk pak bwt jdl skrpsi tntng perbandingan,klo bs,klo gag ya gpp.thnkz

    Komentar oleh icha | Januari 20, 2010 | Balas

  56. Ass…Pak fajar kemarin saya malah ditanya sama dosen saya mengapa kalau ada soal 50 + 1556 maka siswa menjabarkannya ke bawah dengan mendahulukan 1556 baru ditambah 50. Mengapa tidak langsung 50 + 1556, trus saya jawab agar lebih mudah terbesar di tambah dengan terkecil. Tapi jawaban saya kurang tepat katanya. Dan saya mesti baca lagi buku SD. Menurut anda apa jawaban yang tepat???ThanX

    Komentar oleh agung | Januari 21, 2010 | Balas

  57. Ass.pak fajar,saya ditanya dosen saya “mengapa kalau siswa ditanya brapa 468 + 1735 maka siswa menjalankannya dgn penjumlahan memanjang ke bawah dg mendahulukan angka 1735 bru ditambah 468 mengapa tdk 468 dulu bru ditambah 1735 maka saya jwb karena agar mudah siswa mendahulukan nilai yg lbh besar bru dijumlahkan dg angka yg nilainya lebih kecil.tp kata dosen saya kurang tepat.jd menurut saudara jwbn yg tepat yg bagaimana?thanx

    Komentar oleh Agung | Januari 22, 2010 | Balas

  58. Ass..pak fajarrr saya mau tanya lg nich. Kalau saya mau membangun pengetahuan siswa dari soal -2-(-2) itu sama dgn -2+2 dgn bantuan manik2 apakah termasuk pembelajaran berbasis konstruktivistik??? Boleh tidak pembelajaran konstruktivisme itu menggunakan bntuan berupa alat seperti manik2 td?tolooong dijawab pak ya.thanx

    Komentar oleh Agung | Januari 25, 2010 | Balas

    • Biasanya bukan dengan manik-manik. Yang umum, diistilahkan dengan koin “+” dan koin “-“. Coba cari di literatur.

      Komentar oleh FadjarShadiq | Januari 26, 2010 | Balas

  59. Saya baru mengerti adanya situs ini, banyak menginspirasi pembaca (khususnya saya). selamat berkarya…

    Komentar oleh ahmad | Januari 26, 2010 | Balas

    • Untuk Ahmad, keponakan saya sendiri, terima kasih dukungananya.

      Komentar oleh FadjarShadiq | Januari 26, 2010 | Balas

  60. Ass.pak oke untuk koin “+” dan koin “-” di buku lain menggunakan bola “+” dan bola “-“.nah pak skrg saya mau tanya masalah membaca 3+(-2) dibaca tiga ditambah negatif dua.mengapa tidak menggunakan kata PLUS? Kapan menggunakan PLUS/MINUS ,KURANG/TAMBAH, NEGATIF/POSITIF? Dan apa arti lambang tersebut,karena jujur saya cuma tau kalau kurang/tambah itu operasi hitung, sedang yg lain saya tidak mengerti pak..tolong dijawab ya pak,karena jwbn bpak sangat membantu saya.makasih pak

    Komentar oleh Agung | Januari 29, 2010 | Balas

  61. Aslm.Salam kenal Pak…nama saya Qoni mahasiswi UPI jurusan PGSD, saya ada tugas dari dosen matematika untuk mencari “Metode dan Teknik Pembelajaran Matematika SD. Kalau metode saya sudah menemukannya,tapi untuk teknik saya masih bingung Pak…pertanyaannya teknik pembelajaran matematika itu yang seperti apa?yang cocok digunakan untuk di tingkat SD??

    terimakasih Pak..mdh2n bpk bisa membantu saya!!

    Komentar oleh Qoni | Februari 14, 2010 | Balas

    • Untuk pak Untung, TK dukungannya. Untuk pak Qoni, kalau yang saya tahu, contoh teknik itu adalah teknik menerangkan, teknik bertanya. Pada teknik bertanya ada ketentuan bahwa pertanyaan diajukan ke seluruh siswa, tunggu sebentar, siswa mengacungkan tangan, lalu guru menunjuk salah satu siswa.

      Komentar oleh fadjarp3g | Februari 16, 2010 | Balas

  62. pagi pak…
    saya adalah salah seorang guru matematika di salah satu MI di kota medan. saya punya problem yang dari tahun ke tahun selalu aja sm. permasalahannya setiap apa yang saya ajarkan selalu aja siswa-siswi saya lupa dengan materi yang telah saya sampaikan. kemudian permasalahan berikutnya saya belum menemukan solusi untuk dapat memotivasi belajar siswa agar dapat mencintai matematika. mohon solusinya pak, saya tunggu y. thank’s before

    Komentar oleh faisal alpanany daulay | Maret 1, 2010 | Balas

    • Wassalamu’alaikum Wr. Wb pak.
      1. Ketika saya mengajar, ada juga siswa-siswi saya lupa dengan materi yang telah saya sampaikan, seperti yang bapak sampaikan: Penyebabnya bisa bermacam-macam. Contohnya, anak tidak suka gurunya, si siswa tidak pernah berhasil mempelajari matematika, pembelajarannya tidak realistik atau tidak kontekstual.
      2. Yang akan saya jawab jika penyebabnya adalah pembelajarannya tidak realistik atau tidak kontekstual. Jika akan mengajarkan perkalian, pembelajaran sebaiknya dimulai dengan masalah kontekstual berikut: “JIka Ibu Amir menempatkan 3 piring dan setiap piring berisi 2 kue bolu; ada berapa kue bolu yang ada di piring Ibu Amir?” Harapannya, si siswa ada yang menjawab: 2 + 2 + 2 = 6. Notas lainnya adalah 3 x 2.
      3. Dengan cara seperti itu, jika si siswa mendapat soal 5 x 3, pada awalnya ia akan membayangkan ibu amir yang menempatkan 5 piring dan setiap piring berisi 3 kue bolu; sehingga banyak kue bolu yang ada di piring Ibu Amir adalah 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 15.
      4. Pengertian itu harus diulang-ulang siswa sehingga siswa hafal. Namun secara bertahap. yaitu perkalian dua, lalu tiga, dan seterusnya ….
      5. Dengan cara seperti itu, pada akhirnya siswa memahami bahwa 3 x (-2) = -2 + -2 + -2 = -6
      6. Dengan cara sep-erti itu diharapkan siswa akan menyenangi matematika.

      Komentar oleh fadjarp3g | Maret 1, 2010 | Balas

  63. Ass. Wr.Wb. Salam Jumpa Pak, smoga Bapak selalu sehat sejahtera. Mau tanya nich pak. Saya menjumpai buku pelajaran SD tentang bilangan Romawi, yang membuat saya bingung, dalam penulisan angka 1400, apakah ditulis dengan CMD atau MCD? Mohon penjelasan aturan penulisan bilangan romawi yang benar!Trima kasih. Wassalam.

    Komentar oleh SISWANTO - Kupang NTT | Maret 11, 2010 | Balas

    • Untuk penulisan bilangan 1400 dengan angka Romawi adalah sebagai berikut.
      1400 = 1000 + 400 = M + CD = MCD.
      Jadi yang benar adalah MCD. Begitu juga untuk menulis 1999 adalah dengan mengubah dahulu menjadi 1000 + 900 + 90 + 9

      Komentar oleh fadjarp3g | Maret 15, 2010 | Balas

  64. assalamualaikum pak…
    saya salah seorang guru sekaligus mahasiswa di STKIP Muhammadiyah Pringsewu. kmren bulan februari kami KKL di P4TK jogja. saya dapat modul tentang model-model pembelajaran yang disusun oleh Bapak. Kemudian didalamnya ada salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran Circle of learning. saya pengen tau judul buku dan pengarang yang di kutip Bapak. saya mengadakan PTK pada skripsi saya dengan menggunakan model pembelajaran tersebut. Mohon dengan amat sangat kepada Bapak untuk segera membalas dan menindaklanjuti Email saya. saya ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr Wb….

    Komentar oleh Nur Alifah | Maret 29, 2010 | Balas

  65. Ibu dapat mencari di internet. barusan saya dapat, di antaranya adalah http://onlinelearningcircles.org/ atau http://iearn.org/circles/lcguide/p.intro/a.intro.html#LC. Bisa juga dengan search learning circles atau circle of learning.

    Komentar oleh fadjarp3g | April 5, 2010 | Balas

    • maksih ya pak,.. nanti coba saya buka dulu.

      Komentar oleh Nur Alifah | April 17, 2010 | Balas

  66. ass…

    Komentar oleh abu hamzah rusdin | Juli 26, 2010 | Balas

  67. Terimakasih pak fadjar atas bimbingannya selama ini skrg saya dapat menyelesaikan skripsi saya,yg terinspirasi dr tulisan2 bpk. Moga bpk tambah sukses. Selamat menjalankan ibadah puasa

    Komentar oleh Diah(agung) | Agustus 19, 2010 | Balas

  68. pak makasih, karena tulisan2 bapak uda menjadi inspirasi saya dalam menyelesaikan skripsi. insyaAllah saya akan mengabdikan diri sebagai tenaga pendidik.

    Komentar oleh eke | September 26, 2010 | Balas

  69. oh ya nama saya halima dari universitas di kota palembgng. makasih ya pak.

    Komentar oleh eke | September 26, 2010 | Balas

  70. kuq gitu

    Komentar oleh ;a; | September 29, 2010 | Balas

  71. matur nuwun pak Fajdar..saya ada diskusi tentang metode pembelajaran sd..saya donlod file njenengan ya pak…minta ijin untuk referensi saya…nuwun

    Komentar oleh Supandi | Oktober 15, 2010 | Balas

  72. gimana kabar pak…
    pak gimana kalo dimuat artikel/literatur problem solving.
    terima kasih

    Komentar oleh sudiyono | Desember 31, 2010 | Balas

  73. mohon izin pak, saya pajai semua artikel dan powerpoint dari Bapak untuk pembelajaran dan berbagi dengan guru-guru di daerah saya. semoga Allah memberikan berkah yang luarbiasa kepada Bapak.

    Komentar oleh sri hastuti | Februari 7, 2011 | Balas

  74. ass…! salam kenal pak” penelitian saya berjudul” penerapan model pembelajaran konstruktivisme pada pembelajaran matematika kelas II sd…! janis penelitian apa yang cocok untuk judl ini

    Komentar oleh wildani | Februari 24, 2011 | Balas

  75. salam kenal pak,
    mau tanya kalau pecahan unk ptk tidak bisa unk subnya sj? karena kata dosen saya harus pokok bahasan yaitu pecahan, dan saya pake melalui pendekatan konstruktivistik. mohon balasannya pak
    trima ksaih

    Komentar oleh rizki Maal | April 14, 2011 | Balas

  76. ass

    Komentar oleh asep | September 24, 2011 | Balas

  77. assalammuaalikum, wr.wb salam kenal pak saya triantoro sebbenarnya menjadi guru kami juga pernahmenggunakan pembelajran ini namun kami masih bingung, bagaimana pak pelaksanaan pembelajaran konstrutivisme itu?

    Komentar oleh tri toro | Desember 5, 2011 | Balas

  78. Assalamualaikum wr.wb…salam kenal pak…saya mahasiswa s1 keperawatan,sya mau nyusun skripsi tentang anak..tpi judul saya gak di acc…bisa minta tlong buatin judul yg menarik dan mudah di teliti,..maksih pak..

    Komentar oleh bambang cahyadi | Januari 26, 2012 | Balas

  79. assalamu’alaikum…
    pak, ini husna, semester 6 d STAIN Tulungagung,
    kira2 model pembelajaran apakah yang cocok untuk pemahaman FPB dan KPK…?
    lebih jelaskan ttg PMRI serta contohnya pak..!
    terimakasih…

    Komentar oleh husna | Mei 29, 2012 | Balas

  80. Tergantung juga pada kemamouan siswanya. Yang penitng siswa nenguasai materi apa? Proses belajar akan bermakna (meaningful) bagi dia jika pengetahuan baru dapat berkait dengan prerequisite (pengetahuan prasyaranya).

    Komentar oleh fadjarp3g | Mei 30, 2012 | Balas

  81. bagaimana cara menghafal perkalian dengan cepat perkalian 1- 10

    Komentar oleh hericson | Juli 10, 2012 | Balas

  82. assalamualaikum,,,
    bapak saya rina,,
    saya semester 7 sedang menyusun seminar proposal,,
    judul yang saya ajukan itu tentang tentang perbedaan pendekatan konstruktivisme dan pendekatan deduktif terhadap kemampuan penalarann…
    saya membutuhkan referensi nya,,,
    semoga bapak dapt membantu saya

    Komentar oleh Rina | November 21, 2012 | Balas

  83. assalam,,
    bapak saya saidha
    saya jg smster 7 sdg susun proposal. kebetulan judul yg saya ajukan ttng pengembahan ajar berbasis konstruktivisme yg memuat soal-soal berpikir kritismatematis. bapak punya referensi/ cth soal materi smp dg pendekatan konstruktivisme? dan soal berfikir kritis namun jg berbasis konstruktivisme. mhon jawabannya. terimakasih

    Komentar oleh Saidha | Desember 28, 2012 | Balas

    • judul proposalnya pengembahanbahan ajar berbasis konstruktivisme yg memuat soal-soal berpikir kritis matematis siswa smp

      Komentar oleh Saidha | Desember 28, 2012 | Balas

  84. Yang perlu dicari sumbernya di internet adalah konstruktivisme itu apa?, soal yang membutuhkan kemampuan berfikir kritis itu apa dan bagaimana?
    Saran saya soal untuk siswa SMP dapat diambilkan dari soal olimpiade siswa SD dan SMP yang dapat diambil dari blog ini.

    Komentar oleh fadjarp3g | Desember 28, 2012 | Balas

  85. pak saya diah mhsswa sem 7 di UMP purworejo.ingin buat PTK di SD kls4.masalahnya tentang pembagian.kira2 model pembelajaran apa yang cocok diterapkan? trimakasih

    Komentar oleh diah rahmawati | Januari 15, 2013 | Balas

  86. Asw…pk, sy supiani sem 7 mw nyusun skripsi, kira2 bisa tdk diaplikasikan model pembelajaran Kreatif treffinger utk tingkat SD?

    Komentar oleh supianiharahap@yahoo.com | Mei 18, 2013 | Balas


Tinggalkan Balasan ke Agung Batalkan balasan